Hadirin jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Marilah kita
terus bertaqwa kepada Allah swt, dengan terus tetap melaksanakan semua perintah
Allah dan menjahui segala hal yang dilarang oleh Allah.
Hanya orang
yang bertaqwa kepada Allah sajalah, mereka yang akan mampu mengatasi berbagai
persoalan kehidupannya,
dan hanya
orang yang bertaqwa kepada Allah sajalah, mereka yang akan mendapatkan
keberkahan hidupnya.
Dan hanya
taqwa kepada Allah sajalah yang merupakan sebaik-baik bekal untuk menyongsong
kehidupan yang haqiqi yaitu kehidupan kelak di akherat.
wa tazawwadu
fainna khairoz zadit taqwa. dan carilah bekal ketika kamu masih hidup di dunia
ini untuk bekal kehidupanmu di akherat, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa kepa
allah swt.
Hadirin
jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Kita semua
patut dan harus bersyukur al hamdulillah telah mendapatkan hidayah dari Allah
swt yaitu sebagai seorang yang mukmin. Keimanan yang menempel pada sanubari
kita ini, tidaklah cukup hanya bergantung pada rukun iman yang telah kita imani,
kita yakini dengan seyakin-yakinnya. Rukun iman tersebut terdiri dari enam
unsur, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada
kitab-kitab suci Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepad adanya
hari akhir semata.
Kualitas keimanan
seseorang ternyata juga bergantung pada nilai-nilai sosial kehidupan
bermasyarakat.
Hadirin
jama`ah shalat jum`ar rahimakumullah
Terdapat
banyak sekali indikator yang menjadi barometer atau standart penilaian atas kualitas
keimanan seseorang.
Di antaranya
adalah keimanan seseorang ternyata juga ditentukan oleh sikap perilakunya
sehari-hari,
apakah ia
mampu mencurahkan kasih sayangnya kepada orang lain sebagaimana ia telah
mencurahkan kasih sayangnya kepada dirinya sendiri. Apakah ia mampu mencintai
orang lain sebagaimana ia telah mencintai dirinya sendiri.
Orang yang
mampu mencintai menyayangi orang lain
maka kualitas keimanannya akan semakin sempurna,
dan sebaliknya
orang yang tidak mampu mencintai menyayangi orang lain maka keimanannya akan
luntur, dan secara ekstrim ia tidak patut disebut sebagai seorang mukmin.
Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Abi Hamzah Anas bin Malik,
Rasulullah Muhammad saw dengan tegas menyatakan bahwa:
La yu`minu
ahadukum, yang berarti seseorang diantara kamu tidak beriman.
hatta yuhibba
liakhihi ma yuhibbu linafsihi, yang berarti sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Imam nawawi
dalam kitab syarakh arbain menjelaskan bahwa kata li akhihi dalam hadits
tersebut mempunyai arti yang sangat umum,
yaitu berlaku
untuk semua orang, apapun agama dan kepercayaannya, apapun ras suku bangsanya.
Kita mencintai
menyayangi sesama muslim harapannya agar saudara kita yang seiman tersebut akan
terus beriman (atau dawam alal islam).
Sedangkan kita
mencintai menyayangi saudara kita yang kebetulan tidak seiman, harapannya
adalah agar menjadi daya tarik untuk mendapatkan hidayah (atau du`a hidayah).
Hadirin
jama`ah shalat jumat rahimakumullah
Kata mencintai
menyayangi dalam hadits tersebut (yaitu al mahabbah), masih menurut imam nawawi,
merupakan perwujudan dari hubungan baik sesama manusia yang bersifat lintas
agama, lintas ras, lintas suku bangsa.
Kita mencintai
menyayangi orang lain harus diwujudkan dalam bentuk nyata, yaitu kita harus
menginginkan agar kebaikan dan kemanfaatan dapat dirasakan oleh orang tersebut.
Kita merasa
senang apabila kebaikan dan kemanfaatan apapun bentuknya, diterima dan
dirasakan oleh orang lain.
Sebaliiknya,
apabila malapetaka kemadlaratan atau kesusahan menimpa orang lain, maka kita
juga harus ikut merasakan penderitaannya.
Seseorang yang
tidak mampu bersikap seperti ini yaitu tidak mampu menyayangi dan mencintai
orang lain, menurut imam nawawi, termasuk orang yang hasud. Berarti orang ini
sedang sakit hatinya dan harus segera di obati dengan terapi hati, karena hasud
merupakan penyakit yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan sosial kemanusiaan
(atau basyariyah) dan hasud juga merusak keimanan dan juga amal ibadah
seseorang (yang bersifat uluhiyyah).
Hadirin
jama`ah jumat rahimakumullah
Imam al
Ghazali mengklasifikasikan hasud menjadi tiga, yaitu
Pertama:
seseorang yang mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain
dan ia berharap agar kenikmatan tersebut pindah atau berpaling terhadap dirinya.
Ia merasa
tidak nyaman, tidak senang kalau orang
lain mendapatkan kenikmatan serta ia berusaha agar kenikmatan orang lain bisa
berpindah kepada dirinya. Ini adalah hasud yang paling berbahaya.
Kedua:
seseorang yang
mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain, ia tidak berharap
agar kenikmatan tersebut pindah atau berpaling pada dirinya, asalkan ia juga
memiliki kenikmatan yang seimbang atau bahkan melebihi kenikmatan yang dimiliki
oleh orang lain tersebut.
Ketiga: orang lain mendapatkan kenikmatan, ia tidak
mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain. Akan tetapi ia
sangat tidak nyaman, ia sangat susah karena dirinya merasa disaingi, merasa
dikalahkan oleh orang lain.
Orang yang
hasud sebagaimana dikemukakan oleh imam al ghazali tersebut, pada hakekatnya ia
tidak ridho terhadap pembagian
kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt.
Allah telah
membagi rahmatnya kepada semua makhluknya (atau nahnu qasamna). Kenikmatan yang
diberikan oleh Allah swt bisa berupa kedudukan, rizki, pangkat, jabatan, harta benda, kondisi fisik
tubuh, dan yang sejenisnya.
Kita harus
ikhlas, qona`ah, nerimo atas kenikmatan yang telah dibagi oleh Allah swt.
Hadirin
jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Orang yang
tidak ridho terhadap pembagian kemikmatan yang diberikan oleh Allah swt,
menurut imam nawawi, berarti orang tersebut masuk kategori orang yang
membangkang terhadap Allah swt (atau faqod
`arodollah).
Dan orang yang
membangkang terhadap Allah swt, berarti orang tersebut telah hilang
keimanannya.
Olah karena
itu orang yang tidak mampu mencintai menyayangi
orang lain termasuk kategori orang yang hasud, dan orang yang hasud
berarti orang tersebut telah menentang Allah swt, dan orang yang menentang
Allah swt termasuk orang yang tidak beriman. Berarti orang yang tidak mampu
mencintai menyayangi orang lain maka orang tersebut termasuk orang yang tidak
beriman. Na`udzubillah min dzalik.
Hadirin
jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Orang yang
hasud tidak akan mendapatkan pahala dari semua amal ibadahnya.
Karena
penyakit hasud ini akan menghabiskan semua pahala kebaikan dan amal shaleh
seseorang, sebagaimana api yang membakar habis ranting kayu bakar.
Iyyakum wal
hasada, fainnal hasada ya`kulul hasanaati kama ta`kulun narul hatoba.
Apa arti dari
ibadah shalat kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti dari
ibadah shadaqoh kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti
ibadah puasa kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti
ibadah haji kita, kalau di dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Semua pahala
ibadah kita akan hilang habis dimakan sifat hasud. Kelak di akherat kita akan
kecelek dan tidak akan mendapatkan apa-apa.
Mari kita tata
hati kita
Mari kita
terus menyayangi saudara-saudara kita, tetangga kita, siapapun mereka, apapun
agama kepercayaan mereka, apaun suku bangsa mereka.
Mari kita
terus berbuat baik kepada semua orang
Mari kita
tanamkan solidaritas sosial di antara kita, agar keimanan kita akan semakin
berkualitas lagi
`audzubillahi
minasy syaitonir rojim
Bismillahirrohmanirrohim
Wal `asri
innal insana lafi khusrin illa
Illal ladzina
amanu wa amilus sholikhati wa tawasau bil haqqi
wa tawa shau bish shabr.
Wa qur robbighfir war ham wa anta khoirur
rokhimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar