Sabtu, 05 Oktober 2013

BAHAYA HASUD



Hadirin jama`ah shalat jum`at rahimakumullah

Marilah kita terus bertaqwa kepada Allah swt, dengan terus tetap melaksanakan semua perintah Allah dan menjahui segala hal yang dilarang oleh Allah.
Hanya orang yang bertaqwa kepada Allah sajalah, mereka yang akan mampu mengatasi berbagai persoalan kehidupannya,
dan hanya orang yang bertaqwa kepada Allah sajalah, mereka yang akan mendapatkan keberkahan hidupnya.
Dan hanya taqwa kepada Allah sajalah yang merupakan sebaik-baik bekal untuk menyongsong kehidupan yang haqiqi yaitu kehidupan kelak di akherat.
wa tazawwadu fainna khairoz zadit taqwa. dan carilah bekal ketika kamu masih hidup di dunia ini untuk bekal kehidupanmu di akherat, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa kepa allah swt.

Hadirin jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Kita semua patut dan harus bersyukur al hamdulillah telah mendapatkan hidayah dari Allah swt yaitu sebagai seorang yang mukmin. Keimanan yang menempel pada sanubari kita ini, tidaklah cukup hanya bergantung pada rukun iman yang telah kita imani, kita yakini dengan seyakin-yakinnya. Rukun iman tersebut terdiri dari enam unsur, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab suci Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepad adanya hari akhir semata.
Kualitas keimanan seseorang ternyata juga bergantung pada nilai-nilai sosial kehidupan bermasyarakat.

Hadirin jama`ah shalat jum`ar rahimakumullah
Terdapat banyak sekali indikator yang menjadi barometer atau standart penilaian atas kualitas keimanan seseorang.
Di antaranya adalah keimanan seseorang ternyata juga ditentukan oleh sikap perilakunya sehari-hari,
apakah ia mampu mencurahkan kasih sayangnya kepada orang lain sebagaimana ia telah mencurahkan kasih sayangnya kepada dirinya sendiri. Apakah ia mampu mencintai orang lain sebagaimana ia telah mencintai dirinya sendiri.
Orang yang mampu  mencintai menyayangi orang lain maka kualitas keimanannya akan semakin sempurna,
dan sebaliknya orang yang tidak mampu mencintai menyayangi orang lain maka keimanannya akan luntur, dan secara ekstrim ia tidak patut disebut sebagai seorang mukmin.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Abi Hamzah Anas bin Malik, Rasulullah Muhammad saw dengan tegas menyatakan bahwa:
La yu`minu ahadukum, yang berarti seseorang diantara kamu tidak beriman.
hatta yuhibba liakhihi ma yuhibbu linafsihi, yang berarti sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.    
Imam nawawi dalam kitab syarakh arbain menjelaskan bahwa kata li akhihi dalam hadits tersebut mempunyai arti yang sangat umum,
yaitu berlaku untuk semua orang, apapun agama dan kepercayaannya, apapun ras suku bangsanya.
Kita mencintai menyayangi sesama muslim harapannya agar saudara kita yang seiman tersebut akan terus beriman (atau dawam alal islam).
Sedangkan kita mencintai menyayangi saudara kita yang kebetulan tidak seiman, harapannya adalah agar menjadi daya tarik untuk mendapatkan hidayah (atau du`a hidayah).

Hadirin jama`ah shalat jumat rahimakumullah
Kata mencintai menyayangi dalam hadits tersebut (yaitu al mahabbah), masih menurut imam nawawi, merupakan perwujudan dari hubungan baik sesama manusia yang bersifat lintas agama, lintas ras, lintas suku bangsa.
Kita mencintai menyayangi orang lain harus diwujudkan dalam bentuk nyata, yaitu kita harus menginginkan agar kebaikan dan kemanfaatan dapat dirasakan oleh orang tersebut.
Kita merasa senang apabila kebaikan dan kemanfaatan apapun bentuknya, diterima dan dirasakan oleh orang lain.
Sebaliiknya, apabila malapetaka kemadlaratan atau kesusahan menimpa orang lain, maka kita juga harus ikut merasakan penderitaannya.
Seseorang yang tidak mampu bersikap seperti ini yaitu tidak mampu menyayangi dan mencintai orang lain, menurut imam nawawi, termasuk orang yang hasud. Berarti orang ini sedang sakit hatinya dan harus segera di obati dengan terapi hati, karena hasud merupakan penyakit yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan sosial kemanusiaan (atau basyariyah) dan hasud juga merusak keimanan dan juga amal ibadah seseorang (yang bersifat uluhiyyah).

Hadirin jama`ah jumat rahimakumullah
Imam al Ghazali mengklasifikasikan hasud menjadi tiga, yaitu
Pertama: seseorang yang mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain dan ia berharap agar kenikmatan tersebut pindah atau  berpaling terhadap dirinya.
Ia merasa tidak nyaman, tidak senang  kalau orang lain mendapatkan kenikmatan serta ia berusaha agar kenikmatan orang lain bisa berpindah kepada dirinya. Ini adalah hasud yang paling berbahaya.
Kedua: seseorang    yang mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain, ia tidak berharap agar kenikmatan tersebut pindah atau berpaling pada dirinya, asalkan ia juga memiliki kenikmatan yang seimbang atau bahkan melebihi kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain tersebut.
Ketiga:  orang lain mendapatkan kenikmatan, ia tidak mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain. Akan tetapi ia sangat tidak nyaman, ia sangat susah karena dirinya merasa disaingi, merasa dikalahkan oleh orang lain.
Orang yang hasud sebagaimana dikemukakan oleh imam al ghazali tersebut, pada hakekatnya ia tidak ridho terhadap pembagian  kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt.
Allah telah membagi rahmatnya kepada semua makhluknya (atau nahnu qasamna). Kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt bisa berupa kedudukan, rizki,  pangkat, jabatan, harta benda, kondisi fisik tubuh, dan yang sejenisnya.
Kita harus ikhlas, qona`ah, nerimo atas kenikmatan yang telah dibagi oleh Allah swt.

Hadirin jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Orang yang tidak ridho terhadap pembagian kemikmatan yang diberikan oleh Allah swt, menurut imam nawawi, berarti orang tersebut masuk kategori orang yang membangkang terhadap  Allah swt (atau faqod `arodollah).
Dan orang yang membangkang terhadap Allah swt, berarti orang tersebut telah hilang keimanannya.
Olah karena itu orang yang tidak mampu mencintai menyayangi  orang lain termasuk kategori orang yang hasud, dan orang yang hasud berarti orang tersebut telah menentang Allah swt, dan orang yang menentang Allah swt termasuk orang yang tidak beriman. Berarti orang yang tidak mampu mencintai menyayangi orang lain maka orang tersebut termasuk orang yang tidak beriman.   Na`udzubillah min dzalik.

Hadirin jama`ah shalat jum`at rahimakumullah
Orang yang hasud tidak akan mendapatkan pahala dari semua amal ibadahnya.
Karena penyakit hasud ini akan menghabiskan semua pahala kebaikan dan amal shaleh seseorang, sebagaimana api yang membakar habis ranting kayu bakar.
Iyyakum wal hasada, fainnal hasada ya`kulul hasanaati kama ta`kulun narul hatoba.
Apa arti dari ibadah shalat kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti dari ibadah shadaqoh kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti ibadah puasa kita, kalau dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Apa arti ibadah haji kita, kalau di dalam hati kita tertanam sifat hasud.
Semua pahala ibadah kita akan hilang habis dimakan sifat hasud. Kelak di akherat kita akan kecelek dan tidak akan mendapatkan apa-apa.
Mari kita tata hati kita
Mari kita terus menyayangi saudara-saudara kita, tetangga kita, siapapun mereka, apapun agama kepercayaan mereka, apaun suku bangsa mereka.
Mari kita terus berbuat baik kepada semua orang
Mari kita tanamkan solidaritas sosial di antara kita, agar keimanan kita akan semakin berkualitas lagi
`audzubillahi minasy syaitonir rojim
Bismillahirrohmanirrohim
Wal `asri innal insana lafi khusrin illa
Illal ladzina amanu wa amilus sholikhati wa tawasau bil haqqi wa tawa shau bish shabr.
Wa qur robbighfir war ham wa anta khoirur rokhimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar